Kisah Haru Anwar, Bocah SD yang Rela Jualan Cilor demi Bantu Ekonomi Keluarganya



 Di Indonesia, sebagian anak di bawah umur masih harus berjuang untuk menghidupi keluarganya.

Biasanya hal itu harus mereka lakukan demi membantu keluarganya yang sedang terhimpit kesulitan ekonomi. Hal memprihatinkan tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian bersama.

Seperti bocah lelaki yang satu ini misalnya, demi membantu ekonomi keluarganya, dia rela memikul sendiri dagangan cilor atau aci telor setiap harinya.

Bocah bernama Khorul Anwar sebenarnya merupakan seorang siswa SD kelas VI di Kampung Bungbulang, RT 1 RW 5, Desa Ciheulang Tonggih, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.

Sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara, Anwar lahir dari keluarga yang kurang mampu. Kakaknya mengalami kelumpuhan sejak usia dua tahun, sedangkan adiknya masih kecil.

Sewaktu ketika, Anwar pernah meminta kepada orang tuanya untuk dibelikan sepeda. Namun karena sulitnya ekonomi, orang tua Anwar tidak sanggup menyanggupi keinginan anaknya tersebut.

"Awalnya pengen beli sepeda, kata bapaknya jangankan beli sepeda, untuk makan saja susah," ujar Ai Siti Rohmah, ibu kandung Anwar, dikutip dari Detik pada Kamis (08/07/2021).

Atas keinginannya sendiri, Anwar pun rela berjualan cilor untuk mewujudkan keinginannya tersebut, tanpa harus memberatkan kedua orang tuanya.

"Setelah itu dia merajuk ingin dibuatkan gotongan seperti bapaknya, dia ingin jualan kemudian hasilnya ditabung buat beli sepeda," kisah ibu Anwar.

Setelah 10 bulan berlalu, keinginan Anwar untuk memiliki sepeda nyaris terlupakan.

Keuntungan dari dagangannya itu ternyata masih tak cukup untuk mewujudkan impiannya untuk memiliki sepeda.

Setiap uang yang berhasil dia tabung justru selalu habis untuk membantu kebutuhan keluarganya.

"Kakaknya harus beli pampers, adiknya sakit, pakai saja uangnya untuk itu. Kadang bapaknya sakit juga, akhirnya pakai uang simpanan, itu dari inisiatif dia. Sebenarnya saya kasihan, tapi mau bagaimana lagi," ujar Ai.

Ai juga mengaku sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Dengan mata berkaca-kaca dan suara bergetar, Ai menirukan pertanyaan yang pernah dilontarkan sang anak.

"Kadang dia suka nanya, mah uang masih belum cukup ya, yaudah jualan lagi saja," kata Ai menirukan ucapan Anwar.

Meski masih kecil, Anwar tak gengsi untuk berjualan cilor di kampungnya sendiri. Sesekali dia juga mangkal di sekolah madrasah yang ada di kampungnya.

Dia membuang rasa malunya dan menyadari kondisi keluarganya yang sedang sulit.

Dagangan yang dijajakan Anwar tidak selalu habis setiap harinya. Terkadang, dia sampai harus nombok untuk bahan jualan esok hari karena dagangan sebelumnya tidak habis terjual.

"Kadang habis kadang enggak. Kalau habis dapat Rp80 ribu, buat modal besok Rp50 ribu, kalau enggah habis ya nombok, kalau sepi paling hanya dapat Rp40 ribu," ungkap Ai.

Ketua RW setempat, Taufikurahman, mengaku tahu akan kondisi keluarga Anwar. Menurutnya, Anwar adalah anak yang baik dan sellau semangat membantu orang tua.

Warga sekitar juga kerap membantu demi meringankan ekonomi keluarga Anwar.

"Bapaknya jualan cilok, sedangkan ibunya jualan di rumah sambil mengurus anak pertama yang lumpuh dan sakit. Rumah sudah lama di situ, itu bantuan dari rutilahu. Ada lima orang yang tinggal," tutur Taufik.

0 Response to "Kisah Haru Anwar, Bocah SD yang Rela Jualan Cilor demi Bantu Ekonomi Keluarganya"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1